Smart Farming - Pertanian di Masa Depan

Secara bisnis nilai nyata dari internet of  things adalah  keterhubungan benda - benda secara massive , yang pada zaman sebelumnya tidak bisa di peroleh. Industri pertanian dapat mengambil keuntungan dari konektifitas ini, untuk meningkatkan produksi dan mengurangi waste.

Pada sebuah seminar di Amerika, yang di adakan oleh National Science Foundation, seorang tokoh dari industri pertanian AS,  Lance Donny mengatakan bahwa sensor murah, cloud computing dan aplikasi pintar berpotensi untuk meningkatkan produksi pertanian dunia. Ini akan membantu penyediaan pangan untuk penduduk bumi yang pada tahun 2050 akan mencapai 9, 6 miliar jiwa. Sekarang penduduk bumi berada pada angka 7,5 miliar jiwa.

Dengan penduduk sebesar 9,6 miliar jiwa tersebut, dibutuhkan kenaikan produksi bahan pokok sebesar 1 ton per hektar lahan di seluruh dunia. Produksi rata - rata per hektar lahan pada tahun 2050 harus mencapai 2,5 ton. Amerika sendiri saat ini sudah di atas rata - rata ini, yaitu sebesar 2,7 ton per hektarnya. Namun rata - rata besar satu lahan pertanian di AS adalah 450 hektar, bandingkan dengan Afrika yang hanya 2 hektar saja untuk satu lahan pertanian.


Internet of Things Berpotensi Menjadi Solusi Untuk Produktifitas Lahan

Lance mengatakan, dengan tersedian sensor , remote imaging yang murah maka pertanian dengan skala besar yang menggunakan mesin alat berat tidak dibutuhkan lagi. Produktifitas yang tinggi bisa dicapai dengan cara mendapatkan informasi cuaca, keadaan tanah, dan kebutuhan pasar terhadap tanaman tertentu. Begitu juga dengan pengurangan waste bisa diperoleh dengan cara ini. Semua informasi ini diterima melalui handphone.

Semua kebutuhan ini bisa disediakan melihat perkembangan IoT dewasa ini.

Potensi Pertanian Indonesia - Internet of Things

Berdasarkan perkataan Lance ini, untuk pertanian di Indonesia akan menjadi menarik sekali. Mengingat lahan pertanian bukan menjadi faktor penentu lagi untuk meninggkatkan pertanian di masa depan. Mesin - mesin mahal juga tidak akan jadi faktor untuk gain yang tinggi.

Petani - petani kelas kecil - menengah akan terbantu dengan penyediaan data - data yang dibutuhkan. Seperti keadaan tanah dan kebutuhan pasar yang dikatakan oleh Lance.

Infrastruktur IoT seperti cloud computing, aplikasi, data center bisa disediakan oleh pemerintah. Ini bisa menjadi bagian dari program smart governance atau smart cities dalam rangka penyediaan kebutuhan publik.

Pihak - pihak dari sektor pertanian dari sekarang sebaiknya aware dengan potensi IoT ini agar pertanian di Indonesia bisa bersaing dan produksi bisa memenuhi kebutuhan nasional. Namun sepertinya masih sedikit sekali pembahasan tentang smart farming ini di indonesia. Terbukti dengan masih kurangnya literatur online maupun offline yang membahas tentang ini.


Next Read: Potensi IoT Di Bidang Pertanian Mengungguli Industri Lainnya

Enter Your Email for subscribe